Surah al-Ikhlas adalah surah ke 122 dalam Al-Qur’an dan tergolong ke dalam surah makkiyah. Surah yang terdiri dari empat ayat ini dinamakan juga surah at-Tauhid, karena isinya menjelaskan tentang keesaan Allah swt sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Nilai-nilai inilah yang menjadi inti atau esensi ajaran Islam (Shafawat al-Tafasir).
Ada beberapa riwayat hadis berkenaan
dengan asbabun nuzul surah al-Ikhlas. Namun, semua riwayat itu
mengerucut pada inti yang sama, yakni jawaban atas permintaan penggambaran
sifat-sifat Allah swt, segala sesuatu tergantung pada-Nya, Dia tidak beranak
dan diperanakkan serta tidak ada yang setara dengan dia. Singkatnya, surah
al-Ikhlas turun dalam rangka membumikan ke-tauhid-an.
Catatan paling awal berkenaan
dengan asbabun nuzul surah al-Ikhlas adalah riwayat Abdullah
bin Mas’ud. Ia mengatakan bahwa sekelompok Quraisy pernah meminta nabi untuk
menjelaskan leluhur Allah swt dan kemudian turunlah surah ini. Riwayat lain
dari Ubay bin Ka’ab dan Jarir bin Abdillah menyebutkan bahwa kaum Musyrikin
berkata kepada Nabi Muhammad, “Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu.” Lalu
turunlah surah ini (Mengungkap
Rahasia Al-Qur’an).
Menurut Abul A’la Maududi, surah
al-Ikhlas turun pada periode awal Islam di Mekah berkenaan dengan pertanyaan
kaum Quraisy tentang leluhur Allah swt. Namun dalam sepanjang perjalanan dakwah
nabi Muhammad saw, surah ini diwahyukan kembali guna menjawab problematika saat
itu. Jika ada yang mengajukan pertanyaan serupa, maka ayat yang sama akan
disebutkan kembali (The Holy Qur’an,
Madudi’s Introduction of Al-Ikhlas).
Dalam sejarah kehidupan muslim di dunia,
surah al-Ikhlas kerap kali diamalkan dalam bentuk yang bermacam-macam, mulai
dari dibaca hingga dijadikan sebagai zikir tertentu. Kita bisa menemukan banyak
riwayat mengenai kisah para ulama dengan surah itu, bahkan jumlahnya tak
terhitung. Fenomena ini seringkali diasosiasikan dengan keutamaan surah al-Ikhlas
dalam hadis nabi Muhammad saw.
Kisah Sahabat Nabi Saw Yang Rutin
Membaca Surah Al-Ikhlas Dalam Setiap Shalat
Salah satu riwayat tersohor berkenaan
dengan interaksi muslim dengan surah al-Ikhlas adalah kisah sahabat nabi
Muhammad saw yang rutin membaca surah al-Ikhlas dalam setiap shalat. Dikisahkan
bahwa hal ini ia lakukan atas dasar cinta mendalam terhadap Allah swt dan ia
menyukai isi kandungan surah al-Ikhlas yang menjelaskan sifat-sifatnya.
Kisah ini diriwayatkan oleh Imam
al-Bukahri dalam kitab Sahih al-Bukhari.
Disebutkan bahwa Aisyah dulu nabi Muhammad saw pernah mengangkat seorang lelaki
sebagai pemimpin pasukan khusus untuk melakukan suatu tugas. Alkisah, mereka
melaksanakan tugas dengan baik, namun ada kejadian yang cukup janggal, yakni
sang pemimpin selalu mengakhiri bacaan shalatnya dengan surah al-Ikhlas.
Sepulang dari tugas, anggota pasukan
khusus tersebut menceritakan kejadian yang janggal itu kepada nabi Muhammad
saw. Beliau bersabda, “Tanyakanlah kepadanya, mengapa dia melakukan hal itu,”
lalu mereka bertanya kepadanya, dan ia menjawab, “Karena di dalamnya disebutkan
sifat Tuhan Yang Maha Pemurah, dan aku suka membacakannya dalam shalatku.”
Setelah hal itu disampaikan kepada Nabi
Saw, maka beliau bersabda:
أَخْبِرُوهُ أَنَّ
اللَّهَ تَعَالَى يُحِبُّهُ
Artinya: “Sampaikanlah kepadanya,
bahwa Allah menyukainya.”
Kalau mencintai surat al-Ikhlas berbuah kecintaan Alloh kepadanya, bagaimana kalau mencintai seluruh isi AL-Qur'an??
Mari membaca AL-Qur'an karena cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar